Kamis, 27 Oktober 2011

A. Dasar-Dasar Qurani Dan Sejarah Kemunculan Persoalan-Persoalan Ilmu Kalam


BAB I
PENDAHULUAN
Apabila kita melihat zaman sekarang banyak orang-orang yang mengejar kemewahan dunia, dan berlebih-lebihan dalam mencintai keindahan dunia seolah-olah akan hidup selamanya di dunia ini. Namun, pada akhirnya mereka menyesal setelah mendapat suatu musibah dan banyak yang sadar karena kesenangan dunia itu tidak bisa membuat orang tenang dan tentram. Dengan demikian mereka mancari ketenangan dan kedamaian yang dibutuhkan oleh sentuhan-sentuhan spiritual atau rohani yang bisa diperoleh dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Dalam makalah ini penulis mencoba membahas sedikit tentang dasar atau landasan-landasan yang sering digunakan oleh para sufi dalam bertasawuf. Landasan Al-Qur’an dan Hadist merupakan acuan pokok yang selalu dijadikan oleh umat Islam untuk berbuat dan bertindak.
Dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, sebagai manusia biasa yang  tidak pernah luput dari salah dan lupa, makalah ini juga belum bisa dikatakan sempurna. Oleh sebab itu, pemakalah meminta kepada Bapak Dosen dan rekan-rekan mahasiswa agar memberikan kritik dan saran agar makalah ini nanti lebih baik dan sempurna bahasannya.
Atas kritik dan saran-saran yang diberikan Bapak Dosen ataupun rekan-rekan mahasiswa, pemakalah lebih dulu mengucapkan terima kasih banyak, sehingga makalah ini nanti bisa lebih bagus.
BAB II
PERMASALAHAN
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari kita sering mendengar pertanyaan-pertanyaan yang meminta atas landasan atau dasar apa kita berbuat sesuatu. Ataupun langsung orang lain bertanya kepada kita apa dasar al-Qur’an dan hadistnya anda berkata demikian? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering dilontarkan kepada kita ketika orang itu menerima atau menemukan persoalan-persoalan yang baru atau persoalan-persoalan yang unik yang mereka temui.
Oleh sebab itu landasan atau dasar-dasar tasawuf dalam Al-Qur’an dan Hadis urgen untuk dibahas. Karena tanpa kajian yang khusus kita tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Karena masa modern ini kita harus lebih banyak mengkaji dan berpegang kepada Al-Qur’an dan Hadis yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad sebagai pedoman bagi kita supaya kita tidak terbawa arus globalisasi yang semakin merajalela ini.
BAB III PEMBAHASAN

A.       Dasar-Dasar Qurani Dan Sejarah Kemunculan Persoalan-Persoalan Ilmu Kalam


1.        Nama dan Pengertian Ilmu Kalam           
Ilmu kalam sering juga disebut Ilmu Ushuluddin, Menurut beberapa tokoh,pengertian ilmu kalam adalah sebagai berikut;

a.  Musthafa Abdul Raziq
“Ilmu Kalam yang berkaitan dengan akidah imam ini sesungguhnya dibangun diatas argumentasi –argumentasi rasional atau ilmu yang berkaitan dengan akidah imam ini bertolak atas bantuan nalar.”

b.  Al Farabi
“Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang membahas tentang dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berdasarkan doktrin Islam. Stressing akhirnya adalah memproduksi ilmu Ketuhanan secara filosofis.”
c.  Ibnu Khaldun
“Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imami yang diperkuat dalil-dalil nasional.”

Dari bebepa keterangan diatas bisa disimpulkan bahwa ilmu kalam yaitu ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika serta filsafat.

2.        Sumber-Sumber Ilmu Kalam
• Al-Qur'an
• Al- Hadist
• Pemikiran manusia
• Insting

3.        Sejarah Kemunculan Persoalan-Persoalan Kalam.

Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Ustman bin Affan yang beruntut pada persoalan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yang mengkristal menjadi perang Siffin yang kemudian menghasilkan keputusan tahkim.

Persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir, dalam arti siapa yang keluar dari Islam dan siapa yang tetap Islam. Sehingga persoalan ini menimbulkan beberapa aliran antara lain;
• Aliran Khawarij
• Aliran Murjiah
• Aliran Mu’tazilah
• Airan Qodariyah
• Aliran Jabariyah
• Aliran Asy’ariyah(Abu Al Hasan Al Asy’ari)
• Aliran Maturidiyah (Abu Mansur M. Al Maturidi)

Aliran Asy'ariyah dan Maturidiyah keduanya sering disebut Ahlussunah wal jamaah.

B.       Kerangka Berpikir Aliran-Aliran Ilmu Kalam

Perbedaan metode berfikir secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu kerangka berfikir rasional dan kerangka berfikir tradisional.

Metode berpikir rasional memiliki prinsip-prinsip, sebagai berikut:
Ø  Hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan tegas dan jelas disebut dalam Al Quran dan Hadist, yaitu ayat yang Qoth’i.
Ø  Memberikan kebebasan pada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta mendirikan daya yang kuat kepada akal Mu’tazilah.

Metode berpikir tradisional memiliki prinsip-prinsip, sebagi berikut:
Ø  Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti dzanni.
Ø   Tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat.
Ø  Memberikan daya yang kecil kepada akal.

Asy’ariyah
Perbedaan kerangka berpikir dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam.
1.      Aliran Antroposentris
Menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat intrakosmos dan personal.
2.      Teolog Teosentris
Hakikat realitas transenden bersifat suprakosmos personal dan ketuhanan.
3.      Aliran Konvergensi / Sintesis
Hakikat realitas transenden bersifat supra sekaligus intrakosmos, personal dan impersonal.
4.      Aliran Nihilis

Hakikat realitas transendental hanyalah ilusi.

C.       Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat Dan Tasawuf

A.      Titik Persamaan
 Ketiga ilmu tersebut membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
• Baik ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
B.       Titik Perbedaan
Perbedaan diantara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya.
• Ilmu kalam
o    Sebagai ilmu yang menggunakan logika (disamping argumentasi-argumentasi maqliyah).
o    Berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai apologinya.
o    Berisi keyakinan keyakinan agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional.
o    Bermanfaat sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk megenal rasio sebagai upaya untuk mengenal Tuhan secara rasional.
o    Ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah/ dialog keagamaan).
o    Berkembang menjadi teologi rasional dan tradisional.
• Filsafat
o    Sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional.
o    Menggunakan metode rasional.
o    Berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep.
o    Berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya secara langsung.
o    Berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri.
o    Kebenaran yang dihasilkan ilmu filsafat : kebenaran korespomdensi, koherensi, dan fragmatik.
• Tasawuf
o    Lebih menekankan rasa daripada rasio.
o    Bersifat subyektif, yakni berkaitan dengan pengalaman.
o    Kebenaran yang dihasilkan adalah kebenaran Hudhuri.
o    Berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya secara bebas karena tidak memperoleh apa yang ingin dicarinya.
o    Berkembang menjadi tasawuf praktis dan teoritis.
C. Titik Singgung Antara Ilmu Kalam dan Ilmu Tasawuf
• Ilmu Kalam
o    Dalam ilmu kalam di temukan pembahasan iman yang definisinya, kekufuran dan menifestasinya serta kemunafikan dan batasannya.
o    Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf.
o    Ilmu kalam dapat memberikan kontribusi kepada ilmu tasawuf.
• Ilmu Tasawuf
o   Ilmu tasawuf merupakan penyempurnaan ilmu tauhid (ilmu kalam).
o   Ilmu tasawuf berfungsi sebagai wawasan spiritual dalam pemahaman kalam.
o   Ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan–perdebatan kalam.
o   Amalan-amalan tasawuf mempunyai pengaruh yang besar dalam ketauhidan.
o   Dengan ilmu tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid (ilmu kalam) terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan aplikati.
o    
BAB IV
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari uraian di atas maka penulis dapat menarik berbagai poin kesimpulan yang merupakan intisari dari pembahasan ini, yaitu :
ü  Al-Qur’an merupakan dasar-dasar para sufi dalam bertasawuf kedudukannya sebagai ilmu tentang tingkatan  (maqam) dan keadaan (ahwal).
ü  Selain Al-Qur’an dan Hadis juga merupakan landasan dalam tasawuf sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah di Gua Hira yakni tafakkur, beribadah, dan hidup sebagai seorang zahid, Beliau hidup sangat sederhana, terkadang mengenakan pakaian tambalan, tidak makan dan minum kecuali yang halal, dan setiap malam senantiasa beribadah kepada Allah SWT.
ü  Dikalangan para sahabat juga banyak yang mempraktekkan tasawuf sebagaimana yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW.
ü  Untuk menjadi seorang sufi kita harus bisa meninggalkan segala yang menyangkut dengan sifat kebendaan dan senantiasa bertaubat serta mendekatkan diri kepada-Nya untuk mencapai ridha Allah SWT.

B.       Saran

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon dan Mukhtar Solihin. Ilmu Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia, 2006.
Departemen Agama RI.  Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung : Diponegoro,
2005.
Rahmat, Jalaluddin. Meraih Cinta Ilahi ; Pencerahan Sufistik, Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2001.
Sayyid Abi Bakar Ibnu Muhammad Syatha, Missi Suci Para Sufi, Yogyakarta : Mitra
Pustaka, 2002.
Shayk Ibrahim Gazuri Ilahi, Anal Haqq, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996.
Shihab,  Quraish. Tafsir al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2001.